Kalau Bukan Bagian Dari Solusi Berarti Bagian Dari Sampah

9 Analogi Arsitektur



TEORI 

               Teori adalah ungkapan umum apakah arsitektur itu,  tujuan yang dicapai, dan bagaimana cara terbaik untuk merancang. Sebagian besar perancangan arsitektural merupakan kegiatan merumuskan daripada kegiatan menganalisis, dengan memadukan bermacam ragam unsur dalam cara-cara dan keadaan-keadaan baru, sehingga hasilnya tidak semuanya dapat diramalkan.
               Teori dalam arsitektur mengemukakan arah, tapi tidak dapat menjamin hasilnya. Dalam menganjurkan cara-cara khusus untuk memandang arsitektur, para ahli teori seringkali mendasarkan diri pada analogi.
IBARATAN/ANALOGI

               Ibaratan adalah sebuah proses penalaran tentang penyebab-penyebab atau dari penyebab-penyebab atau dari dan tentang alasan-alasan yang sejajar atau berkemiripan. Berkemiripan bukan berarti sama, sebab proses penalaran ini selalu berbicara tentang adanya dua situasi atau peristiwa yang memiliki sejumlah kesamaan tapi tidak semua.

               Dari sini kita lihat bahwa ibaratan adalah proses penalaran untuk memberikan penjelasan dan mencari kejelasan terhadap obyek tadi dengan peristiwa atau situasi yang sudah diketahui, dikuasai dan diakrabi. Ibaratan seperti ini bisa dilihat pada Wayne O. Attoe pada bab 2 Introduction to Architecture.

1. Analogi Matematika

               Beberapa ahli teori berpendapat bahwa angka-angka dan geometri merupakan dasar yang penting untuk mengambil keputusan dalam arsitektur. Perancangan ruang sesuai dengan bentuk-bentuk  murni dan angka-angka primer/simbolik akan sesuai dengan tatanan alam semesta. Bangunan yang berproporsi akan mempengaruhi kepekaan estetika kita.

2. Analogi Biologis

"Bangunan adalah suatu proses biologis, bangunan bukan suatu proses estetika". Teori Arsitektur yang berdasarkan analogi biologis ada 2 bentuk :

a.    Bersifat umum. Terpusat pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan dengan penempatannya/penataannya. F.L. Wright ---> Arsitektur Organis.
b.    Lebih bersifat khusus. Terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme disebut arsitektur biomorfik.

Arsitektur organik FL Wright mempunyai 4 karakter sifat yaitu :
a.    Berkembang dari dalam ke luar, harmonis terhadap sekitarnya dan tidak dapat dipakai begitu saja.
b.    Pembangunan konstruksinya timbul sesuai dengan bahan-bahan alami, apa adanya (kayu sebagai kayu, batu sebagai batu, dll).
c.    Elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat (integral).
d.    Mencerminkan waktu, massa, tempat dan tujuan.


               Secara asli dalam arsitektur istilah organik berarti sebagian untuk keseluruhan - keseluruhan untuk sebagian. Arsitektur Biomorfik kurang terfokus terhadap hubungan antara bangunan dan lingkungan dari pada terhadap proses-proses dinamik yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perubahan organisme. Biomorfik arsitektur berkemampuan untuk berkembang dan tumbuh melalui : perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi dan perbanyakan. Contoh : kota yang dapat dimakan (Rudolf Doernach), struktur pnemuatik yang bersel banyak (Fisher, Conolly, Neumark, dll).


3. Analogi Romantis

Kunci Analogi romantis adalah evokatif, yaitu mebawa/mengemban,
menghasilkan reaksi emosional terhadap pengamat. Ada 2 cara:
a.    Menyatakan asosiasi.
       Perancangan romantis mengacu pada alam, masa lalu,tempat-tempat eksotis, benda primitif dan lain-lain. Contoh hotel di California.
b.    Pernyataan yang dilebih-lebihkan
       Mempengaruhi perasaan dengan adanya sarana-sarana yang formal. Dipakai oleh gerakan ekspresionis di Eropa pada awal abad 20.

4. Analogi Bahasa/Linguistik.

Dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pengamat dengan menggunakan 3 cara :
a.    Model Tatabahasa.
                            Arsitektur seringkali terdiri dari unsur-unsur yang ditata menurut aturan sehingga memudahkan dalam pemahaman dan penafsiran yang disampaikan oleh bangunan tersebut. Imaginasi dan rasa arsitekturnya diungkapkan dalam batas-batas yang ditentukan oleh bahasa arsitektur universal. Contoh yaitu rumah yang layak harus dipertimbangkan dan mempunyai tata bahasanya sendiri. Tata bahasa disini dianalogikan dengan konstruksi dimana hubungan bentuk antara berbagai unsur yang masuk ke dalam konstitusi benda tersebut.
b.    Model Ekspresionis.
                            Bangunan dianggap sebagai tempat/wadah yang digunakan arsitek untuk mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut.
c.    Model Semiotik.
       Suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi tentang apakah itu sebenarnya dan apa yang dilakukannya diterapkan oleh Robert Venturi, Denise Scott Brown dan Steven Izenour tanda-tanda cukup untuk menyampaikan makna.

5. Analogi Mekanik

               Le Corbusier menegaskan bahwa rumah adalah contoh dari penggunaan analogi mekanik dalam arsitektur. Seharusnya mereka tidak menyembunyikan fakta-fakta ini dengan hiasan yang tidak relevan dalam bentuk gaya.

               Memusingkan diri ke dalam mekanisme = bekerjanya sebuah sistem.Struktur rangka batang, mekanismenya adalah distribusi gaya-gaya yang ada pada struktur rangka batang. Yang menjadikan perhatian : mekanisme yang ada di arsitektur, mekanisme gaya, pendayagunaan ruang ke ruang lain (flow space). Mekanisme struktur, wujud dan fungsi. Belum membicarakan tentang aspek estetika, lebih cenderung diarahkan pada kesejajaran mekanismenya saja.

               Kelemahan-kelemahan biological analogy sama dengan mechanical analogy yaitu agar menghasilkan komposisi yang estetik dalam arsitektur, masih harus ditambah dan dilengkapi serta dipertanggungjawabkan dan dijelaskan dengan kaidah-kaidah estetika arsitektur. Demikian juga komposisi struktur, fungsi dan wujud lebih diarahkan pada keseimbangan terhadap pemfungsian arsitektur itu sendiri.

6. Analogi Pemecahan Masalah.

               Arsitektur adalah seni yang menuntut lebih banyak penalaran daripada ilham-ilham dan lebih banyak pengetahuan faktual daripada semangat. Metode pemecahan masalah beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan lingkungan merupakan masalah yang harus diselesaikan secara analisis. Suatu ciri dari metode pemecahan masalah dalam perancangan adalah prosedur yang seksama dan terpadu.

7. Analogi Adhocis

               Dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan langsung dengan cara menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tanpa mengarah ke suatu tujuan/cita-cita Pedoman apa saja dapat dipakai  untuk mengukur rancangan tersebut

8. Analogi Bahasa Pola

               Perancangan Arsitektur untuk mengidentifikasikan pola-pola dan jenis-jenis baku dari kebutuhan suatu tempat/kebudayaan tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hubungan-hubungan lingkungan dan perilaku menggunakan pendekatan tipologis/pola
untuk membuat suatu bangunan/kota.Contoh: Bangunan untuk seorang lansia umumnya berupa pondok kecil di sebidang tanah yang kurang luas dan ditempatkan di lantai bawah.

 9. Analogi Dramaturgi

Kegiatan-kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater dan lingkungan buatan dianggap sebagai pentas panggung. Ada 2 sudut pandang:

a.    Dari sudut pandang aktor.
       Dengan menyediakan alat-alat perlengkapan dan kesan-kesan yang diperlukan serta perabot-perabot disusun secara teratur.
b.    Dari sudut pandang dermawan.
       Arsitek menyebabkan orang bergerak ke suatu arah dengan memberikan petunjuk-petunjuk visual misalnya Arsitek dalam analogi Dramaturgi mengatur aksi sekaligus menunjangnya

 

Besi Holo


Besi Hollow sangat baik digunakan untuk pemasangan rangka besi plafon dan dinding partisi rumah, gedung,dll. Kelebihan besi hollow yaitu lebih cepat pemasangannya, lebih kuat, lebih murah, tidak perlu di cat lagi, tahan karat, anti rayap, dan bebas perawatan.
Besi holo untuk atap
Penggunaan besi Hollow untuk rangka atap rumah memang bisa-bisa saja selama pembebanan di atasnya tidak terlampau berat. Tetapi tidak merekomendasikan penggunaan besi hollow untuk rangka atap karena banyak keterbatasan dari material yang satu ini seperti :
• Struktur bahan yang tidak solid karena berlubang di dalamnya menyebabkan material ini mudah mengalami tekuk sehingga tidak kuat menahan pembebanan yang berat. Jika menggunakan ukuran yang lebih besar dan besi yang cukup tebal mungkin masalah ini bisa diatasi, tetapi harganya menjadi mahal sehingga kurang efisien.
• Ukuran bahan yang terbatas (maksimal 4 m) sehingga tidak mampu digunakan untuk bentang atap yang lebar. Penyambungan dengan pengelasan mengakibatkan kelemahan pada titik-titik sambungan tersebut.
•Sifat besi yang mudah mengalami korosi, sehingga butuh aplikasi anti karat dan pengecatan akhir sehingga menjadi mahal.
Jika tetap ingin menggunakannya sebagai penutup atap maka bisa dikombinasikan dengan baja canal C sebagai kuda-kudanya dan besi hollow 20×40 mm sebagai pengganti seng.
Besi hollow dapat dipergunakan untuk konstruksi yang tidak membutuhkan pembebanan yang berat seperti pekerjaan canopy di atas carport, skylight dengan bentang kecil, pagar rumah, teralis, rangka plafond atau rangka dinding partisi.
Memang dalam memilih material, kita harus cermat jangan sampai salah perhitungan. Material yang murah belum tentu cocok untuk diaplikasikan pada semua jenis pekerjaan, sehingga nantinya akan menyulitkan kita sendiri.
Sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan kontraktor spesialis atap baja ringan jika tetap menginginkan atap rumah anda tidak menggunakan kayu, karena material ini memang sudah direkomendasikan untuk pekerjaan rangka atap. Memang akan terasa cukup mahal jika kita menggunakan konstruksi atap berbahan baja ringan ini, tetapi akan sebanding jika anda menggunakan jenis kayu kelas 2 dan kelebihannya material ini tidak membutuhkan perawatan di kemudian hari karena bebas rayap dan tahan karat. Aplikasinya pun lebih mudah karena pihak kontraktor baja ringan ini sendiri yang akan membuat perhitungan, gambar dan mengaplikasikannya di rumah anda sehingga budget anda lebih terprediksi.
Adapun jenis pipa kotak/hollow ada 2 macam yaitu pipa hollow hitam dan pipa hollow putih/galvanis. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.


1. Holo Hitam
Kelebihan  yang menonjol dari pipa hollow hitam adalah jenis pipa ini lebih lengket terhadap cat (asalkan tehnik pengecatannya  benar) Adapun kekurangannya adalah tidak  tahan terhadap kelembaban/air hujan dan mudah keropos apalagi pengecatannya yang asal-asalan .Meskipun bagian luarnya dicat dengan bagus biasannya akan mengalami kerusakan/korosi dari dalam pipa. Akan lebih tahan lama apabila bahan ini dipakai untuk interior.
2. Pipa hollow putih/galvanis
adalah jenis pipa hitam yang dilapisi seng(zn) bagian luar dan dalam pipa yang fungsinya melindungi dari korosi air terhadap pipa, sehingga bahan ini bagus dipakai untuk eksterior. Namun di sisi lain pipa ini kurang lengket terhadap cat, karena terdiri dari dua unsur logam yang berbeda tingkat muai/susutnya yaitu besi dan seng, oleh karena itu berpengaruh terhadap daya lengket cat sehingga kadang-kadang catnya terlihat pecah dan mengelupas.Tetapi walaupun catnya mengelupas  biasanya tidak mudah berkarat.
A.Ukuran pipa hollow :
.20x20
.20x40
.30x30
.30x50
.40x40
.40x60
.50x50
.60x60
Semua ukuran di atas dalam milimeter(mm) dan masih banyak ukuran lain, namun kami hanya menampilkan ukuran umum untuk bahan pagar saja. Untuk ukuran pipa sebagai bahan pagar minimal yang layak digunakan adalah 40x40 sebagai frame/rangka dan 20x20/20x40 untuk jari-jari/jerujinya. Penggunaan ukuran dibawah ukuran tersebut kurang bagus baik dari segi estetika ataupun kekuatan sebuah pagar minimalis.
B.Ketebalan pipa hollow.
Ada bermacam-macam ketebalan pipa hollow yang lazim dipakai untuk pembuatan pagar minimalis. Mulai dari 0,6 - 0,7- 0,8- 1,0-1,2-1,5-2,0-3,0 (milimeter). Sebenarnya  minimal ketebalan yang layak untuk bahan pagar adalah 1,0 mm, namun karena persaingan harga dipasaran ada juga yang menggunakan ketebalan dibawahnya.
Jadi misalnya anda sudah memasang pagar rumah dan mendapatkan harga pagar 300 ribu/m2nya, sedangkan tetangga samping anda baru pasang pagar dengan harga 400 ribu/m2nya, jangan buru-buru-buru menyimpulkan bahwa anda mendapatkan harga yang lebih murah. Bisa jadi memang spesifikasi bahan yang digunakan & kwalitas pengecatannya   berbeda alias 'serupa tapi tak sama'.

 

METODE PENGAWETAN KAYU



Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU

Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
1. Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
2. Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
3. Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
4. Faktor waktu yang digunakan.
5. Metode pengawetan yang digunakan.
6. Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
7. Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

 JENIS PENGAWETAN KAYU
1. Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.

2. Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:
   
    A. Pengawetan metode sederhana :

1. Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.

Kelebihan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
B. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
C. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)
Kekurangan:
A. Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
B. Peralatan mudah terkena karat
C. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
D. Kayu basah agak sulit diawetkan

2. Metode Pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.

Kelebihan :
A. Proses sangat cepat
B. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
C. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
B. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis.

3. Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:
a. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif).
c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).

Kelebihan :
A. Alat sederhana, mudah penggunaannya
B. Biaya relatif murah
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
B . Mudah luntur

4. Metode Pembalutan
cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

Kelebihan :
A. Peralatan sederhana
B. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
C. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
 Kekurangan :
A. Pemakaian bahan pengawet boros
B. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
C. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

    B. Pengawetan metode khusus :
Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
1. Proses sel penuh antara lain :
•       Proses Bethel
•       Proses Burnett
2. Proses sel kosong antara lain :
•       Proses Rueping
•       Proses Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.

URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN
Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.
• Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
• Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
• Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
• Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
• Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
• Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
• Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
• Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
• Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
•Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
1. pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel
2. sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.

Kelebihan :
A. Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
B. Waktunya relatif singkat sekali
C. Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kekurangan :
A. Modal yang diperlukan besar
B. Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
C. Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial.