Keawetan kayu berhubungan erat
dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu
berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu.
Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap
factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu
diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang
diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet
dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan
di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap
awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar.
Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan
serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang
berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan
kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda,
disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.
PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGAWETAN KAYU
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip
prinsip di bawah ini:
1. Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
2. Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk
sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
3. Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap
pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
4. Faktor waktu yang digunakan.
5. Metode pengawetan yang digunakan.
6. Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar
air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
7. Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang
melaksanakannya.
1. Pengawetan remanen
atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan
perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu
basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP
(Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu
gergajian basah.
2. Pengawetan
permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama
mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses
lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya
permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas
pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat
dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya
menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat
menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta
penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif
dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode
pengawetan yang pokok:
A. Pengawetan metode
sederhana :
1. Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan
baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan
larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman)
kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu
diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman,
antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman
dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau
logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin
lazim dilakukan dalam bak dari logam.
Bila jumlah kayu yang akan
diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk
merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran
penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan
pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin
lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan
retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan
bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan
pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang
diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan
penyerang perusak kayunya tidak hebat.
Kelebihan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
B. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
C. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah
konsentrasi bila berkurang)
Kekurangan:
A. Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
B. Peralatan mudah terkena karat
C. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa
terbakar
D. Kayu basah agak sulit diawetkan
2. Metode Pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak
berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan
waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan
retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat
tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara
ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah
serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium
Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan
diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
A. Proses sangat cepat
B. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
C. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu
basah
B. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan
kayu sangat tipis.
3. Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat
dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam
kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan
pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut
tertentu,yaitu:
a. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu
gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum
banyak dan belum merusak kayu (represif).
c. Untuk pengawetan kayu yang sudah
terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu
tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
Kelebihan :
A. Alat sederhana, mudah penggunaannya
B. Biaya relatif murah
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
B . Mudah luntur
4. Metode Pembalutan
cara pengawetan ini khusus
digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet
bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu
yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara
perlahan-lahan ke dalam kayu.
Kelebihan :
A. Peralatan sederhana
B. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
C. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kekurangan :
A. Pemakaian bahan pengawet boros
B. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
C. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
1. Proses sel penuh
antara lain :
• Proses
Bethel
• Proses
Burnett
2. Proses sel kosong antara
lain :
• Proses
Rueping
• Proses
Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping
langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian
dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak
digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam
kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum
selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.
URUTAN KERJA DALAM
PENGAWETAN
Ada dua macam urutan
kerja pada proses pengawetan kayu :
1. Urutan kerja pada
proses pengawetan sel penuh :
•
Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan
terjadi kebocoran.
•
Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama
kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
•
Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki
pengawet hingga penuh.
• Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian
diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang
lebih 2 jam.
• Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet
kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
• Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg,
selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari
bahan pengawet.
2. Urutan kerja pada
proses pengawetan sel kosong :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki
pengawet, tangki ditutup rapat.
• Tanpa vakum, langsung pemberian
tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
• Sementara tekanan udara
dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet
hingga penuh.
• Kemudian tekanan ditingkatkan
sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
• Tekanan dihentikan dan bahan
pengawet dikeluarkan.
•Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama
10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel
penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
1. pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi
seluruh lumen sel
2.
sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
Kelebihan :
A. Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
B. Waktunya relatif singkat sekali
C. Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kekurangan :
A. Modal yang diperlukan besar
B. Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
C. Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial.
0 komentar:
Post a Comment